Kenapa Sepeda Motor Harus Injeksi Sih?
Karburator memiliki keterbatasan ketimbang injeksi!
Banyak yang bertanya, bahkan
mencibir. Kenapa karburator yang konvensinal dihapus? Diganti injeksi
yang dianggap susah dimengerti karena memadukan kerja mekanis dan
elektronis.
Padahal karburator mudah dipahami, coy. Mekanik
pinggir jalan yang baru bisa bongkar baut saja bisa servis karbu. Kok
kini diganti injeksi. Apa supaya usaha mereka bangkrut?
Alasannya
bukan karena sentimentil begitu. Lebih kepada tuntutan masyarakat
dunia. Untuk kelestarian hidup bumi. Agar tak cepat rusak karena polutan
dari hasil pembakaran.
“Sistem injeksi memiliki hasil emisi gas buang yang jauh lebih rendah.
Sedang karburator, memiliki keterbatasan,” ungkap Sarwono Edhi,
Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).
Rendahnya emisi gas buang karena injeksi lebih terprogram ketimbang
karburator. “Sistem injeksi memiliki banyak sensor yang mampu mengatur
setiap kebutuhan mesin,” ungkap Slamet, Instruktur Yamaha Engineering
School (YES).
ECU atau ECM. Mengatur kebutuhan bensin agar pembakaran sempurna
Salah satunya, sensor yang mampu membaca tekanan udara. Bahkan, lebih
canggih sensor yang bisa membaca kelembaban. Dari Sensor ini, bisa
menakar kebutuhan bensin optimal yang harus disemprotkan. Tidak
kelebihan juga tidak kekurangan bensin. “Akhirnya menghasilkan
pembakaran sempurna juga efisien,” tambah Slamet yang berkantor di
Yamaha DDS, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Yang dimaksud pembakaran sempurna, bahan bakar dan udara bisa terbakar
habis. Karena campuran ini bisa terbakar hampir 100 persen, maka emisi
dihasilkan lebih minim.
Tapi, ketika masih aplikasi karburator, hasil pembakaran belum tentu
bisa sempurna. Apalagi, karbu konvensional tanpa dilengkapi peranti
semacam throttle position sensor. Pastinya ketika mesin bergasing di
putaran bawah, campuran akan lebih kaya.
Padahal agar hasilkan pembakaran tepat, campuran antara udara dan bahan
bakar harus punya perbandingan 12,7 : 1. Pembakaran akan tuntas jika 1
molekul bensin terbakar dengan 12,7 molekul udara.

Lubang di injektor semprotkan pengabutan lebih sempurna
Sistem karburator tidak selalu menghasilkan campuran yang ideal
itu. Misalnya ketika langsam. Campurannya 11 : 1. Satu molekul bensin
ketemu 11 molekul udara. Artinya campuran kaya atau kelebihan bensin.
Udaranya kurang banyak. Masih tersisa bensin yang tidak terbakar.
"Sehingga,
hidro carbon (HC) dan CO jadi tinggi,” tambah Slamet. Sebaliknya ketika
mencapai putaran menengah-atas, campuran cenderung miskin alias lean.
Bisa sampai 14 : 1 atau bahkan 17 : 1. Kebanyakan udara.
Maka
itu, injeksi memperbaiki kekurangan yang tak dimiliki karburator.Sistem
injeksi yang canggih, bisa membuat campuran ideal. Karena pakai
Electronic Control Unit (ECU) atau disebut juga Electronic Control
Module (ECM). Bisa dikatakan otaknya injeksi. Tak hanya baca pengapian.
Tapi, jumlah bahan bakar atau bisa disebut durasi injeksi sesuai
kebutuhan mesin.
Banyak sensor dimiliki sistem injeksi, ini salah satunya
Begitu juga dalam metode pengukuran. Tak dalam keadaan stasioner
seperti Euro 2 yang masih boleh menggunakan karbu. Karena karburator
memang polutannya tinggi ketika rpm rendah.
Berbeda dengan
sistem injeksi yang campurannya optimal pada semua tingkat rpm
“Pengukuran nya menggunakan sistem ECE R40. Metode running, mirip
keadaan sesungguhnya di jalan,” tutup Edhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar